berita

Sepekan Hari Ibu hingga Natal, Menag Ajak Umat Kristiani Rawat Kasih

JAKARTA (liga335) — Momentum sepekan peringatan Hari Ibu hingga perayaan Natal menjadi pengingat pentingnya nilai kasih, kepedulian, dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat. Menteri Agama (Menag) mengajak umat Kristiani untuk terus merawat kasih tidak hanya dalam perayaan keagamaan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Menag menyampaikan bahwa rangkaian Hari Ibu dan Natal memiliki makna yang saling berkaitan. Keduanya menekankan nilai cinta, pengorbanan, dan perhatian terhadap sesama, khususnya kepada keluarga dan kelompok yang membutuhkan.

“Hari Ibu dan Natal sama-sama mengajarkan kasih. Kasih yang tulus, yang dirawat, dan diwujudkan dalam tindakan nyata,” ujar Menag dalam keterangannya.

Makna Kasih dalam Kehidupan Beragama

Menag menekankan bahwa kasih merupakan nilai universal yang diajarkan semua agama. Dalam tradisi Kristiani, Natal dimaknai sebagai perayaan kelahiran yang membawa pesan damai dan cinta bagi seluruh umat manusia.

Kasih, menurut Menag, tidak berhenti pada ritual ibadah. Kasih harus hadir dalam bentuk sikap saling menghormati, membantu sesama, dan menjaga persatuan di tengah perbedaan.

“Merawat kasih berarti menjaga harmoni, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa,” katanya.

Hari Ibu sebagai Pengingat Peran Keluarga

Menag juga menyinggung makna Hari Ibu sebagai momentum untuk menghargai peran perempuan, khususnya ibu, dalam membentuk karakter keluarga dan generasi penerus bangsa. Nilai kasih yang ditanamkan dalam keluarga diyakini menjadi fondasi kuat bagi kehidupan sosial yang damai.

Menurut Menag, keluarga adalah ruang pertama tempat nilai-nilai kasih, toleransi, dan empati diajarkan. Oleh karena itu, peringatan Hari Ibu dan Natal menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan keluarga.

“Keluarga yang penuh kasih akan melahirkan masyarakat yang saling menghargai,” ujarnya.

Ajakan Perkuat Toleransi dan Persaudaraan

Di tengah keberagaman Indonesia, Menag mengajak umat Kristiani untuk menjadikan Natal sebagai momen memperkuat toleransi antarumat beragama. Perayaan keagamaan diharapkan menjadi sarana mempererat persaudaraan, bukan sekadar perayaan seremonial.

Menag mengapresiasi peran umat Kristiani dalam menjaga kerukunan dan kedamaian di berbagai daerah. Ia berharap semangat Natal dapat terus mengalir dalam tindakan nyata, seperti berbagi dengan sesama dan menjaga lingkungan sekitar.

“Natal bukan hanya milik umat Kristiani, tetapi membawa pesan damai untuk seluruh bangsa,” katanya.

Kasih sebagai Pondasi Bangsa

Menag menegaskan bahwa nilai kasih sangat relevan dalam menghadapi tantangan bangsa, mulai dari perbedaan pandangan hingga persoalan sosial. Kasih dinilai mampu menjadi jembatan dialog dan solusi dalam menyelesaikan perbedaan.

Dengan merawat kasih, Menag optimistis masyarakat Indonesia dapat terus menjaga persatuan dan memperkuat solidaritas sosial.

“Mari kita rawat kasih, bukan hanya dalam sepekan peringatan ini, tetapi sepanjang tahun,” tutup Menag.