JAKARTA, cvtogel — Nilai tukar Rupiah menunjukkan penguatan yang substansial terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat pagi (12/12/2025). Penguatan ini didorong kuat oleh sentimen positif dari hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Bank Sentral AS (The Fed) yang mengindikasikan prospek penurunan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan pasar.
Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah tercatat berada di level Rp16.580 per Dolar AS, menguat sekitar 0,67% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Ini membalikkan tren pelemahan yang terjadi selama beberapa hari terakhir.
I. Katalis Utama: Sinyal Dovish dari The Fed
Penguatan Rupiah ini merupakan reaksi langsung dari pasar global terhadap sinyal yang disampaikan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell, setelah pertemuan FOMC:
Proyeksi Suku Bunga: The Fed merevisi proyeksi ekonominya, mengisyaratkan kemungkinan adanya tiga kali pemotongan suku bunga acuan pada tahun depan. Proyeksi ini lebih dovish (mengarah pada pelonggaran moneter) daripada ekspektasi pasar sebelumnya.
Pelemahan Dolar AS: Sinyal pemangkasan suku bunga ini segera menekan Indeks Dolar AS (DXY) di pasar global, yang turun ke level terendah dalam beberapa minggu terakhir. Pelemahan Dolar AS secara otomatis meningkatkan daya tarik mata uang emerging market (EM) seperti Rupiah.
Arus Modal Masuk: Prospek imbal hasil yang lebih menarik di negara-negara EM memicu capital inflow kembali ke pasar obligasi dan saham Indonesia.
“Keputusan The Fed untuk mengindikasikan pemangkasan suku bunga lebih awal dari yang diperkirakan pasar adalah kabar baik bagi Rupiah. Ini mengurangi tekanan carry trade dan membuat aset Indonesia kembali menarik bagi investor asing,” ujar Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro.
II. Proyeksi Jangka Pendek Rupiah
Analis memprediksi bahwa Rupiah memiliki ruang untuk terus menguat, meskipun Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap melakukan intervensi untuk menjaga volatilitas.
-
Intervensi BI: BI kemungkinan akan memanfaatkan momen penguatan ini untuk mengisi kembali cadangan devisa dan memastikan pergerakan Rupiah tetap stabil, tidak terlalu agresif.
-
Faktor Domestik: Data fundamental ekonomi Indonesia yang relatif solid (inflasi terkendali dan neraca perdagangan surplus) memberikan dukungan tambahan bagi penguatan Rupiah.